Tahun 2018 Indonesia segera memiliki satelit pertahanan
Harapan Indonesia untuk segera memiliki satelit pertahanan akhirnya segera terwujud, setelah DPR dan Pemerintah menyepakati pembelian satelit tersebut.
Wakil Ketua Komisi 1 DPR, Asril Tanjung mengatakan, pengadaan satelit pertahanan negara paling lambat akan terealisasi pada tahun 2018.
Kesepakatan antara Pemerintah dan DPR diambil berdasarkan rapat kerja yang sudah beberapa kali dilakukan.
Dari sisi pemerintah, Menteri Keuangan sebagai penyedia dana, Menteri Komunikasi dan Informatika selaku pengatur hak paten mengaku telah siap dengan pembelian satelit tersebut.
"Intinya selama ini kami memakai satelit asing untuk kepentingan keamanan negara. Itu seharusnya kita bisa punya sendiri yang bisa kita atur operasionalnya secara bebas karena ini menyangkut ketahanan dan pertahanan negara," kata Tanjung, di Jakarta, Rabu (28/9/2016).
Selama ini, Indonesia meminjam satelit negara lain seperti Australia dan Amerika Serikat dengan sistem sewa.
Indonesia juga kerap memanfaatkan satelit komunkasi Garuda-1 milik Asia Cellular Satellite buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
Asril mengatakan, pengadaan satelit ini dari aspek strategis juga tidak bisa ditawar karena sesuai aturan Internasional Telekomunikasi Dunia atau ITU sejak satelit Indonesia, Garuda-1, dinyatakan de-orbit Januari 2015, maka Indonesia harus mengisi slot orbit 123 Bujur Timur dengan satelit L-band paling lambat Januari 2018.
Wakil Ketua Komisi 1 DPR, Asril Tanjung mengatakan, pengadaan satelit pertahanan negara paling lambat akan terealisasi pada tahun 2018.
Kesepakatan antara Pemerintah dan DPR diambil berdasarkan rapat kerja yang sudah beberapa kali dilakukan.
Dari sisi pemerintah, Menteri Keuangan sebagai penyedia dana, Menteri Komunikasi dan Informatika selaku pengatur hak paten mengaku telah siap dengan pembelian satelit tersebut.
"Intinya selama ini kami memakai satelit asing untuk kepentingan keamanan negara. Itu seharusnya kita bisa punya sendiri yang bisa kita atur operasionalnya secara bebas karena ini menyangkut ketahanan dan pertahanan negara," kata Tanjung, di Jakarta, Rabu (28/9/2016).
Selama ini, Indonesia meminjam satelit negara lain seperti Australia dan Amerika Serikat dengan sistem sewa.
Indonesia juga kerap memanfaatkan satelit komunkasi Garuda-1 milik Asia Cellular Satellite buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
Asril mengatakan, pengadaan satelit ini dari aspek strategis juga tidak bisa ditawar karena sesuai aturan Internasional Telekomunikasi Dunia atau ITU sejak satelit Indonesia, Garuda-1, dinyatakan de-orbit Januari 2015, maka Indonesia harus mengisi slot orbit 123 Bujur Timur dengan satelit L-band paling lambat Januari 2018.
Tidak ada komentar